Elang (5/5)


” sejak kenal dengan kamu, Silvi yakin kamu akan menjadi sahabatku kelak walau hanya sebatas dunia maya. Sejak mendengar namamu, begitu anggun tapi juga terbesit sedikit keangkuhan didalamnya. Elang. Burung pemangsa. Dia terbang bebas di cakrawala. Dia sangat ditakuti dan dia mempunyai kemampuan hidup yang istimewa. Dia sangat pemberani dan sangat setia. Itulah gambaran dirimu sewaktu aku mendengar namamu. Tapi yang aku lihat, kamu Elang yang terjebak dalam sangkar yang lupa siapa dirinya. Dia lupa bagaimana caranya berburu, dan dia lupa bagaimana terbang tinggi di angkasa. Kau Elang yang sangat cantik tapi aku hanya menaruh iba karena Elang yang aku temui tak ada semangat hidup. Tapi Elang hanya burung yang tak bisa mengubah dunia. Maafkan Silvi jika sudah memberikan banyak kesedihan. Silvi akan sering berkunjung kesana.”

Aku menangis dan aku terus menangisi nasibku. Sejak saat itu aku tak bangga lagi dengan namaku, Elang. Karena aku sudah lupa akan siapa diriku dan sekarang aku hanya boneka Elang yang dipajang di rumahku.

Tepat seminggu kemudian aku menikah dengan Budi, anak paklekku. Dan aku tak lagi mengejar angan semuku untuk melanjutkan sekolahku di luar kota dengan Silvi. Sejak saat itu aku tak lagi  membalas email Silvi dan hanya memandang dia dari jauh. Karena aku hanya Elang yang tak punya keberanian untuk mengubah dunia.

untuk temanku Elang. Kau akan tetap menjadi sahabat baikku. Dan Silvi disini akan selalu mendokan dan terus menunggumu.

Karya Diah rahmawati (adikku)

sebelum

Posted in Cerpen, Story, life, Uncategorized
One comment on “Elang (5/5)
  1. […] bersambung 5 Categories: Cerpen, Story, life Comments (0) Trackbacks (2) Leave a comment […]

Leave a comment